Blogger templates

Pages

Jumat, 06 April 2012

Coklat



Coklat, manis, gelap dan lembut. Begitu banyak hal yang bisa kugambarkan dari sebuah coklat. Seperti sebuah kehidupan dengan segenap ceritanya. Kehidupan tak pernah selalu berakhir seperti coklat yang aku makan malam ini, begitu cepat dan menagihkan. Tapi tetap saja, kehidupan itu manis. Sama seperti coklat. Coklat pertama membawaku kesebuah tempat yang amat ku kenal, tempat yang penuh dengan cerita kehidupan, cerita tentangmu, tentang mereka, dan Dia yang menjalankan semuanya.

Semua begitu cepat berlalu, kini aku sendiri dan menikmati sekotak coklat dan sepenggal penyesalan. Larut dalam kesendirian tanpa kehidupan, tanpa kamu, tanpa mereka, dan tanpa Dia. Namun aku masih memiliki diriku sebagai pendamping, diriku yang selalu ada kapanpu, dimanapun, pada kondisi apapun. Diriku sudah seperti coklat ini saja.

Masih ingat betul harum nafasmu, lembut belaimu, dan kecupan manismu, semakin aku memikirkanmu, semakin kau tampak seperti coklat. Dapat kurasakan lelehan benda kecil yang manis ini di lidahku. Tak terasa ku rasakan manis dan asin dari coklat ini. Aku tersentak , aku merasakan basah di pipiku. Apa ini air mata….. ?!. ku usapkan jariku ke kedua pipiku, dan aku merasakan ada yang aneh di pipi – pipiku, ada yang menempel dan terasa tidak nyaman. Ternyata kini lelehan coklat yang ada di jariku telah berpindah di kedua pipiku yang bercampur  dengan air yang keluar dari mataku. Sejenak aku terpejam aku bingung ingin kuusapkan seluruh coklat yang ada di hadapanku ke seluruh tubuhku, penuh, agar aku tidak dapat merasakan apapun kecuali lengket dan manis di seluruh hidupku. Seperti coklat. Coklat yang disukai setiap orang, manis yang membuat setiap orang tergila-gila padaku, coklat yang tidak pernah protes untuk dimakan, coklat yang cepat sekali tandas dan hanya menyisakan manis untuk dirasakan. Seorang manusia coklat yang menanti untuk dimakan.

Apakah iya ?!. apakah jika aku menjadi sebuah coklat, rasanya akan sama, harumnya akan sama, dan manisnya akan sama, seperti coklat yang sedang berdiam dimulutku beradu dengan air mata yang sekarang ikut memberikan rasa yang berbeda dalam coklatku. Apakah semua orang akan menyukaiku ?!.
Aku terdiam lama sekali hingga coklat ini begitu hambar di lidahku. Dan tiba- tiba manis itu kembali muncul, namun bukan lidahku yang merasakannya. Rasa manis itu keluar jauh dari dalam tubuhku, dalam sekali, hingga seluruh indraku ikut merasakan manis itu. Manis yang abadi. Bisakah aku menjadi seperti itu?!

Mataku terbuka, perlahan-lahan ku ambil telepon yang berada di samping tempatku berbaring. Dan mulai memesan sekotak coklat lagi untuk malam ini.

0 komentar:

Posting Komentar