Setiap aku bertemu denganmu, aku menabung rindu. Aku kaya akan rindu. Rindu pada dirimu yang selalu merindu. Bayangkan jika aku tak bertemu denganmu. Seperti motor kehabisan bensin, mati...ya aku mati. Kau bagaikan nafas..yahh Nafas yang kuhela setiap saat.
Nafas...
"Nafasmu memberiku gairah baru" begitu katamu padaku.
Mengerti maksudku kan..kau harus selalu ada..agar aku tetap hidup. Tapi lihatlah dirimu, kau terbaring diranjang mewah disamping "lelaki resmi"mu, sedang aku terbang tak tentu kemana kaki melangkah. Setiap ku melangkah..selalu ada bayangmu. Bayangmu yang membuatku teduh kala itu, kala kepolosan menyerang tubuhku. Dan hanya aku yg bisa menikmati setiap detailnya. Dalam bayang, segera pikirku melayang ke peristiwa itu, peristiwa yang membuatku kehabisan bensin. Entah dimana letak indahnya..namun aku merasakan sesuatu.
“Aku selalu membayangkan saat kita mati nanti, kita menjadi sepasang bayang” katamu padaku saat bayang tubuhmu menyatu dengan bayang tubuhku. Saat kita mati nanti.. Kita kita.. Itu yang sekarang ada dipikiranku.. Sendiri kini aku mati.
“Tapi kita gak tau siapa dulu yg menjadi bayang”
“Bayang.. Apakah aku ada di bayangmu sekarang ?”
“Lihatlah, bayangan kita menyatu layaknya tubuh kita...”
“Memang begitulah bayangan..menyatu dan mengikuti setiap kita melangkah”
“Kau tak mengerti…” Aku diam, kaupun diam, sunyi, hanya suara desah dan kecup yang terdengar. Kita bercumbu dalam asa.
Sudah 2 jam lewat tengah malam, bayangmu semakin gelap lalu perlahan lenyap. Kini tinggal aku sendiri..menumpahkan segalanya dalam diamku..tapi tidak dengan hatiku yang berteriak begitu kencangnya memanggil namamu. Nama yang kukenal, nama yang bangkitkan gairahku, nama yang hanya aku tahu bagaimana mencintaimu dalam diam dan sepiku.
Aku terus berjalan, menembus gelap bayangnya malam. Berharap menemukan bayangmu yg hilang. Namun tak sedikitpun bayangmu kutemukan..sudah ribuan kali ku ulangi berjalan di jejak sama. Yang kutemukan hanya kehampaan yang tak berujung. Dan akhirnya aku sampai di peraduan terakhir kita dahulu. Masih terdengar jelas alunan desah nafas dan kecup mesramu. Namun tetap tak kutemukan bayangmu. Kusadari aku sangat membenci waktu.. Yahh waktu yang mengiringi kepergianmu dari sisiku. Waktu. Haruskah aku menyalahkan waktu? Mengapa aku tidak menyalahkan ia yang berkhiana dan berubah laknat? Memang harusnya aku menyalahkan ia yang berkhianat dan berubah laknat.. Namun mengapa semakin aku menyalahkannya, memakinya..semakin aku merasa bersalah ..jatuh kedalam penyesalan yang terdalam. Sudah cukup ..Tak sanggup lagi aku berkata kata.. Berkata.. Yang ada aku hanya diam.. tak sedikitpun aku bersuara. Aku paham betul sunyi sepi ini..ya sepi yang mengiringiku menikamati kesedihan ini.
"Aku memilih bersamanya, karena aku tahu hidup akan menjadi lebih mudah dan gampang ketimbang aku bersamamu"
Itu yg kau katakan padaku di peraduan ini, saat bayang kita menyatu untuk terakhir kali.
"Kita sudahi saja hubungan ini. Jangan hubungi aku" Lalu kau menciumku. Lama. Ya ciuman yang menyayat.. Rasa khas bibirmu seperti bau anyir darah yang kau tempelkan dbibirku. Sadis. Penuh luka.
Barangkali, akan menjadi mudah bila saat itu diakhiri dengan pertengkaran khas sinetron. Misal: kau tampar aku sebelum pergi, memaki makiku. Bukan sebuah ciuman yang tak mungkin kulupakan. Tapi tetap saja itu kau..sosok yang selalu kurindukan disetiap waktu..nama yang kuingat sepanjang sisa umurku..hangat yang menenangkanku.
Sudah 3 jam lewat tengah malam
Dan aku masih terus mencari dan menunggu bayangmu hadir dan kembali menyatu dg bayangku. Sudah malam, waktu sudah tenggelam dalam bayang.
Aku tahu hal itu sia sia..bayangmu tak akan hadir. Jika orang itu pintar . Dia tak akan lakukan seperti apa yng kulakukan. Mungkin memang hanya aku . Pebodoh yang selalu merindukanmu.
Sudah tidak ada lagi bayangmu dalam malam. Setiap bayang pada akhirnya akan lenyap juga bukan? Inilah terakhir kali aku mencari bayangmu. Aku takkan mencarimu lagi.
Hahahahahah..
Itu hanya mauku. tak sedetikpun aku tak mencari. Merindukan hadirmu. Mungkin tidak bagimu.. Tapi aku akan selalu begini. Entah sampai kapan . Aku pun tak tahu. Maksudku aku tak ingin tahu. Lebih tepatnya aku tak peduli ingin tahu.
Namun aku harus pergi sekarang. Malam telah menghapus bayangmu. Akupun beranjak meninggalkan mantan peraduan kita. Berjalan kembali tanpa ada daya.
Malampun semakin menenggelamkan setiap bayang yg ada. Pada saat itulah, terlihat bayang yang mampu melebihi gelapnya malam. Bayang itu berputar - putar sebelum akhirnya berhenti ditempat peraduan itu.
Kuberjalan..dan kudapati sinar terang yang menghempasku. Tak mengahangatkan seperti sinarmu. Kurasa pagi telah membawaku pergi meninggalkan bayanganmu. Jangan khawatir cintaku .. malam akan segera datang. Dan hanya aku dan malam yang tahu bagaimana mencintaimu dalam diam dan sepi.
0 komentar:
Posting Komentar